Senin, 27 September 2010

musik kontemporer

Musik Kontemporer, Butuh Kejeniusan

Pertanyaan untuk Jamal Gentayangan, Komposer Musik Kontemporer
Musik kontemporer memiliki benang merah yang cukup erat dengan perkembangan musik di Barat. Meski demikian, musik kontemporer bukanlah sebuah aliran musik, genre musik zaman, sebagaimana kita memahami dalam konotasi zaman klasik atau romantik. Tahun 1910 dianggap sebagai ancar-ancar tonggak sejarah musik baru abad ke-20 (musik kontemporer) . Pada sekitar tahun tersebut kejayaan masa lampau dianggap berakhir, bersamaan dengan munculnya gerakan-gerakan musik baru yang secara signifikan membedakan dengan musik-musik abad sebelumnya. Namun demikian, sebuah karya (seni) seharusnya memiliki sifat-sifat ke-kontemporerannya. Artinya, karya-karya cantata-nya Bach (sebagai contoh) adalah karya kontemporer di zamannya, begitu juga dengan karya-karya Sonata Mozart dizamannya. Jamal Gentayangan, salah satu komposer musik kontemporer Indonesia yang kini tinggal dan menetap di Bogor berbagi hal ihwal perkembangan musik kontemporer. Berikut petikan wawancara Jamal Gentayangan dengan wartawan Jurnal Bogor, Dony P. Herwanto.
1. Bisa Anda ceritakan sejarah singkat musik kontemporer?
Istilah kontemporer (contemporary.red) bukan merupakan produk budaya masyarakat Indonesia, sehinga sering kali diadopsi berdasarkan pemahaman yang beragam. Secara spesifik, musik kontemporer hanya dapat dipahami dalam hubungannya dengan perkembangan sejarah musik Barat di Eropa dan Amerika . Meskipun dapat mengacu pada pengertian yang spesifik, sesungguhnya label kontemporer yang dibubuhkan pada kata musik, sama sekali tidak menunjuk pada sebuah pengertian yang per-definisi bersifat normatif. Sehingga pada kenyataannya bagi mereka yang awam, sering terjebak (bahkan dijebak) dalam kredo kontemporer yang salah kaprah, hingga berlarut-larut.
2. Sebenarnya, apa yang dimaksud musik kontemporer?
Setiap karya musik (art music) itu memiliki ide-ide baru yang ditawarkan (contemporary idea) pada zamannya. Bunyi yang ditimbulkan benda apapun itu juga masuk musik kontemporer. Dibutuhkan kesabaran dan kejeniusan komposer musik. Sebab, musik kontemporer membutuhkan penemuan karakter bunyi. Selain itu, filosofi bunyi juga harus dipahami sebagai salah satu kesatuan. Maka tak aneh jika komposer musik kontemporer macam Bach ditinggalkan jamaahnya karena musiknya dianggap norak. Di sinipun sama. Banyak pemusik yang enggan menggarap musik kontemporer. Selain tingginya tingkat kesulitan, apresiator musik kontemporer di Indonesia belum sebanyak di Barat. Dan satu lagi, musik kontemporer bukan asal bunyi. Melainkan bunyi yang bernada.
3. Terus, apa yang menyebabkan apresiator musik kontemporer di Indonesia terbilang minim?
Minimnya referensi musik kontemporer di masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan apresiator malas melakukan olah karya musik kontemporer dengan alasan sulit diterjemahkan. Sama halnya dengan teater simbol. Hanya beberapa orang yang mampu menangkap makna di balik karya itu. Ini satu masalah bagi perkembangan musik kontemporer di Indonesia. Tapi bagaimanapun juga, sebagai komposer musik kontemporer, saya tak tinggal diam memperkenalkan kepada masyarakat jenis musik ini.
4. Apakah musik kontemporer memiliki hubungan dengan masa kini?
Kontemporer memang memiliki hubungan erat dengan masa kini (dalam konteks ruang), sekaligus memiliki cita-cita tinggi di masa yang akan datang (dalam konteks waktu). Masa yang akan datang diartikan sebagai suatu sikap (being) avantgarde, maksudnya memiliki daya melintasi estetika seni dan budaya yang berlaku pada saat ini. Dan sekali lagi, komposer musik kontemporer adalah orang yang jenius. Dia bisa menemukan karakter bunyi dari benda-benda yang menurut masyaraka awam tak bernada. Tapi di tangan seorang komposer musik kontemporer, benda-benda itu memiliki nada yang luar biasa.
5. Baru-baru ini, Anda menggarap musik ritual Nyanyian Bumi. Apakah itu bisa dikatakan musik kontemporer?
Ya, bisa. Dari alat musiknya saja, sudah terlihat. Salah satu alat musik yang kami gunakan adalah gelas yang diisi air. Selain itu, saya dan sejumlah kawan-kawan di Komunitas Persada Etnika (Pernik) menggabungkan sejumlah alat musik tradisi dari berbagai daerah, diantaranya, suling sunda, kacapi, degderiddo, sape, gitar klasik dan goong. Bagi sebagian orang, harmonisasi alat musik dari berbagai daerah mustahil disatukan, oleh saya, alat-alat musik itu bisa disatukan. Dan Musik Ritual Nnyanyian Bumi salah satu contohnya.
6. Sudah dibawa kemana saja karya itu?
Nyanyian Bumi kami pentaskan di delapan kota, Bogor, Pontianak, Lampung, Jakarta, Jambi, Bali, Jember dan terakhir di Makasar. Sampai saat ini, kami baru menggelar pentas di lima kota, Bogor, Pontianak, Lampung, Jakarta dan Jambi. Insya Allah, kota tersisa akan kami rampungkan tahun ini juga.
7. Bagaimana respon penonton di tiap kota yang dikunjungi?
Respon penonton sangat luar biasa. Kami sebelumnya tak menyangka jika respon di Pontianak, Lampung dan Jambi sebesar itu. Antusiasme penonton menyaksikan pertunjukan kami sangat tinggi. Bagi mereka, musik dan tari yang kami bawakan, jarang mereka lihat di panggung-panggung pertunjukan. Jarang seniman musik di tiga kota itu mengangkat musik kontemporer. Menurut saya, seniman di sana terjebak trend musik saat ini. Dan yang paling membanggakan saya, respon pelajar, terutama di Kota Jambi sangat hebat. Mereka menyimak pertunjukan sampai tuntas tanpa berisik sedikitpun.
8. Benarkah, di setiap kota, Anda menampilkan karya berbeda? Kenapa?
Ya benar. Kalau tidak berbeda di setiap kota, karya saya tak bisa dinikmati. Kenapa berbeda? Karena tiap daerah memiliki budaya musik yang berbeda. Oleh sebab itulah, saya dan kawan-kawan memutar otak untuk menemukan karakter bunyi di setiap daerah yang kami singgahi. Budaya musik di Bogor jelas berbeda dengan budaya musik di Pontianak, begitu juga dengan di Lampung, Jambi dan Jakarta. Selain itu, di setiap kota, kami selalu berkolaborasi dengan pemusik atau penari setempat. Dan mau tak mau, kami harus memahami budaya daerah itu.
9. Apa harapan Anda sebagai komposer musik kontemporer Indonesia terhadap perkembangan musik tersebut di Tanah Air?
Harapan saya lebih banyak lagi lahir komposer-komposer musik kontemporer. Sebab, saat ini, jumlah komposer musik kontemporer sangat sedikit. Memang saya akui, untuk jadi komposer musik kontemporer itu tak mudah. Meski demikian, pemusik yang ingin mengabdikan diri terjun ke musik kontemporer harus sabar dan menjadi orang yang rajin mencari karakter bunyi. Itu kunci utama. Karakter bunyi, filosofi bunyi dan identitas bunyi atau budaya.
BIODATA
Nama
: Jamal Gentayangan
TTL
: Makasar, 21 Oktober 1970
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Cendana, Perumahan Alam Tirta Lestari Ciomas, Bogor
Istri
: Neno Suhartini, S.Sn
Riwayat Pendidikan
1. SD Nasara, Makasar
2. SMP Allu Bangkala, Makasar
3. SMA Tamala Tea, Makasar
4. SMKI Makasar Jurusan Musik
5. S-1 Seni Karawitan STSI Bandung
Riwayat Pekerjaan
1. Pengajar Mata Kuliah Seni Budaya, FKIP
Unpak Bogor
2. Pengajar Mata Kuliah Seni Budaya,
Universitas Terbuka, Bogor
Riwayat Organisasi
1. Penanggungjawab Musik Komunitas Persada
Etnika, Bogor
2. Ketua MGMP Seni Budaya, Kota Bogor
Warna
: Putih dan Hitam
Makanan
: Coto Makasar dan Bubur Ayam
Motto Hidup
: Hidup adalah hidup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar